Endhorfin Teacher: Alasan Kenapa Guru (Harusnya) Selalu Bahagia

Endhorfin teacher, kebahagiaan guru

Kalau dilihat-lihat, guru sekarang kayaknya penuh dengan beban dan tekanan. Urusan administrasi lah, UKG, tugas ini itulah seolah tidak menginginkan guru menjadi bahagia. Belum lagi kalau baca berita ada guru yang dilaporkan ke polisi gara-gara mendidik siswa, wah jadi berhati-hati betul waktu mendidiknya.

Tapi itu semua tergantung pribadi masing-masing. Guru yang bijak akan memilih memilah mana yang prioritas dikerjakan, dan mana yang tak perlu dipikirkan, atau dikerjakan nanti dulu. Semua demi kebutuhan dasar sebagai manusia: bahagia.

Apa yang perlu diprioritaskan guru agar selalu bahagia? Jawabannya adalah… mengajar! an sich.

Tanpa melalaikan tugas wajib lainnya, fokus pada kegiatan belajar mengajar bersama siswa akan menjaga guru tetap dalam suasana kebahagiaan. Alasannya karena pada kegiatan mengajar guru akan melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat memicu keluarnya hormon endhorfin dalam tubuh.

Hormon endhorfin?

Mungkin banyak yang sudah tahu. Bagi yang belum, perlu diketahui bahwa endhorphin (a.k.a endogenous morphin) adalah senyawa kimia yang diproduksi tubuh untuk mendatangkan kebahagiaan bila kita melakukan hal-hal positif. Endorfin dihasilkan oleh kelenjar pituitary yang letaknya di bagian bawah otak. Hormon ini bekerja seperti morphine, bahkan disebutkan efeknya 200 kali lebih besar dari morphine.

Itulah kenapa banyak yang menyebutnya hormon kebahagiaan, atau bahkan dewa kebahagiaan…☺

Dalam buku “The Miracle of Endorphin”, Dr. Shigeo Haruyama, menyebutkan bahwa tubuh manusia memproduksi sampai 20 hormon kebahagiaan. Dari kesemuanya itu, yang paling kuat efeknya disebut hormon beta-endorfin. Hormon ini akan senantiasa mengalir jika kita tetap merasa tenang, nyaman, atau sering bersyukur.

Kebalikan dari beta-endorfin adalah noradrenalin, hormon yang penuh racun. Substansi hormon ini sebenarnya sedikit sekali diproduksi otak, namun akan terus meningkat manakala kita mudah marah, gampang tertekan, takut dan sebagainya. Efek fatalnya, racun ini bisa membuat tubuh mudah sakit dan lebih cepat tua.

Akhirnya kita menemukan jawaban logis kenapa orang tua dulu sering bilang, “Jangan sering marah, nanti cepet tua.” hehehe...☺

Jadi Guru Itu (harusnya) Selalu Bahagia

Tidak mungkin tugas mendidik akan berhasil jika guru sendiri tidak merasakan kebahagiaan. Sayangnya banyak guru yang pilih menggantungkan kebahagiannya pada orang lain. Seperti kebahagiannya tergantung bagaimana kondisi dan suasana kelas hari itu, bagaimana respon teman guru lain terhadapnya, atau ada juga yang tergantung berapa kenaikan gaji dari pemerintah.

Itu kurang tepat. Kenapa?

Karena dibanding profesi lain, guru sebenarnya profesi yang paling banyak berpeluang merasakan kebahagiaan. Mengajar adalah kegiatan yang di dalamnya sangat mudah memicu terbentuknya hormon endhorpine tadi. Inilah beberapa diantaranya:

1. Suka tersenyum pada anak
Terutama bagi guru tingkat dasar, tersenyum adalah pekerjaan sehari-hari. Ada saja tingkah polah siswa yang membuat kita tersenyum lepas. Sering tersenyum juga masuk dalam ranah kompetensi sosial guru. Artinya kemampuan ini harus dimiliki guru saat berinteraksi dengan siapapun.

Baca juga: Sempat Viral di Media Sosial, 8 Guru Muda Ini Menyimpan Cerita Inspiratif

2. Sering menemukan hal baru
Karena berhadapan dengan manusia, tak sulit bagi guru untuk menemukan hal baru tiap harinya. Hal ini tentu tidak ditemukan pada pekerjaan lain, semisal karyawan yang lebih banyak berhadapan dengan berkas dan komputer. Pertumbuhan dan perkembangan siswa adalah ladang hal baru bagi guru. Melihat mereka terus berkembang dari hari ke hari adalah kenikmatan tersendiri yang bisa menimbulkan efek senang dan bahagia.

3. Lebih menikmati kesederhanaan dan ikhlas
Guru identik dengan sederhana dan ikhlas. Kesederhanaan bukan merujuk pada hidup serba kekurangan atau pas-pasan, tapi lebih pada memegang prinsip untuk menjalani kehidupan yang tenteram dan bahagia.

4. Suka membantu orang lain
Yah sudah menjadi tugas guru untuk membantu, terutama masalah dan kesulitan yang dialami para siswa. Bahkan ada sebuah penelitian dari Stanford University yang menyimpulkan bahwa orang yang gemar membantu orang lain memiliki peluang lebih tinggi untuk merasakan kebahagiaan.

5. Mudah menambah persahabatan
Setiap guru merupakan anggota dari organisasi profesi berskala nasional (PGRI), artinya jalinan persahabatan sesama profesi ini begitu kuat. Kita juga bisa melihat di grup-grup facebook ketika ada guru yang mengucapkan salam perkenalan, pasti akan direspon positif oleh banyak guru lain seantero Indonesia.

6. Sering memberikan reward/pujian
Memberikan reward/pujian adalah rutinitas lain seorang guru. Pujian sangat penting bagi perkembangan psikis anak, sehingga semua guru pasti melakukannya. Memberikan pujian secara tulus akan turut memicu rasa senang dalam hati guru yang akan berdampak pada meningkatnya hormon endhorfin dalam tubuh.

Baca juga: Tips Ceramah yang Baik Saat Mengajar

7. Sering bermain dan bernyanyi
Yang terakhir ini lebih sering dilakukan guru TK dan SD, yang mana pembelajaran sering dilakukan dengan aktivitas-aktivitas menyenangkan seperti bermain dan bernyanyi. Banyak literatur yang menjelaskan efek positif bernyanyi bagi kesehatan fisik dan psikis, karaena suara indah yang kita keluarkan tidak hanya akan menghibur tetapi juga menciptakan rasa nyaman, damai dan bahagia.

Adakah aktivitas selain tujuh di atas yang bisa memicu hormon kebahagiaan guru? Sepertinya masih banyak. Tapi tujuh di atas agaknya memberi gambaran betapa beruntungnya berprofesi sebagai guru. Memilih untuk jadi pribadi yang gampang bersyukur tentu lebih baik daripada terus berkutat pada pikiran-pikiran negatif akibat banyaknya tekanan dan beban yang diberikan pada guru saat ini.

Jadi…semua kembali pada pribadi masing-masing.

Mudah-mudahan bermanfaat!

Terima kasih telah mengunjungi lapak sederhana ini. Kehadiran dan dukungan Anda adalah penyemangat saya untuk terus menulis dan berbagi informasi tentang pendidikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda.