Daftar Guru Honorer Berprestasi di Indonesia
Bukan rahasia lagi, salah satu masalah pendidikan di Indonesia saat ini adalah belum terselesaikannya nasib guru-guru honorer. Hampir semua guru yang menginginkan perbaikan taraf hidup dan kesejahteraan, mengingat tugas dan tanggung jawab yang diemban relatif sama baik guru yang berstatus honorer maupun PNS.
Banyak diantaranya sudah mengabdikan diri mengajar selama belasan bahkan puluhan tahun. Namun itu tak lantas menjamin untuk segera diangkat. Malah dengan adanya peraturan batasan usia bagi CPNS, tentu semakin mengubur harapan mereka. Kita semua tentu berharap ada jalan terbaik mengatasi permasalahan ini.
Di balik semua itu, di bawah ini ada beberapa guru yang mampu keluar dari kungkungan keluh kesah sebagai honorer. Mereka berprestasi di tengah keterbatasan yang dimiliki. Mereka mampu membawa nama baik bagi lembaga dan daerah tempatnya bernaung. Status honorer tak membuat mereka patah semangat. Justru menjadikan mereka semakin menikmati profesi ini serta terus berkarya dan berkontribusi untuk pendidikan.
Diantara prestasi-prestasi berikut ini, ada yang diraih secara pribadi, dan ada juga yang diraih siswa yang ia bimbing.
1. Desak Made Suciningsih
Status guru kontrak bukan halangan dan rintangan dalam menjalankan profesi, karena dari dulu saya mencintai pekerjaan sebagai pendidik. - Desak Made Suciningsih
Guru bahasa Inggris asal Kabupaten Buleleng, Bali ini berstatus honorer sejak 16 tahun lalu. Meski demikian, hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk tekun membimbing siswa-siswinya meraih juara dalam berbagai perlombaan tingkat kabupaten dan propinsi. Wanita yang bergaji 15 ribu pada saat pertama mengajar ini, telah mengantarkan siswa dari berbagai sekolah di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng meraih prestasi pada beberapa bidang, seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Bali.
Terakhir, ia membimbing siswi bernama Putu Alliyn Natalie meraih juara terbaik lomba bercerita tingkat kabupaten dan propinsi, sehingga bisa mewakili propinsi Bali pada ajang nasional yang diselenggarakan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Negara.
Saat ditanya soal statusnya sebagai guru kontrak, ia mengaku sudah 2 kali mengikuti perekrutan CPNS, namun gagal. Namun ia merasa itu bukanlah halangan untuk terus melanjutkan profesi sebagai pendidik. Latar belakang keluarga guru juga mendukungnya untuk mencintai pekerjaan ini.
Source: www.antarabali.com
2. Nurbaya
(Honor itu) demi menyambung hidup keluarga dari bulan ke bulan, meski begitu saya tetap bersyukur. - Nurbaya
Guru honorer di SMKN 1 Kota Solok ini adalah juara harapan II lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Wanita asal Batusangkar, Kabupaten Tanahdatar, Riau ini mengajar sebagai guru honorer sejak tahun 2000 lalu. Guru yang hampir tiap hari berangkat sekolah naik ojek ini dikenal koleganya sebagai pribadi yang sederhana, ramah, dan memiliki wawasan yang luas. Kompetensi inilah yang ia gunakan dalam mengajar serta menulis karya ilmiah.
Prestasi itu berawal ketika tahun 2008 ia ikut Lomba Karya Tulis Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tingkat Kota Solok, dan keluar sebagai Juara I. Ia pun mengikuti lomba serupa tingkat provinsi Sumatera Barat. Hasilnya, ia keluar sebagai juara II.
Dan pada bulan November 2012, dengan persaingan yang begitu, ia menyabet Juara Harapan II LKTI Tingkat Nasional.
Sumber: riaupos.co
3. Digi Susandi
Saya memilih untuk menjadi guru karena saya suka memberikan ilmu apa yang saya dapat di sekolah dan menularkan sikap-sikap dinamika kelompok dan melihat sesuatu yang nyata. - Digi Susandi.
Loyalitas dan pengabdian guru asal Kota Tangerang Selatan ini tak perlu disangsikan lagi. 26 tahun ia mengabdikan diri membimbing siswa di bidang olahraga. Berbagai prestasi ia torehkan, terutama mengantar anak didiknya meraih medali dan piala di Kejuaraan Nasional. Ada ratusan siswa yang pernah dibimbingnya sampai ikut ajang tingkat nasional. Dengan memegang sertifikat nasional pelatih se-Indonesia, Digi pun ditunjuk sebagai pelatih tim Tangsel. Dia bertugas melatih siswa sampai menjadi atlit.
Meski demikian, status PNS tak kunjung diraihnya. Untuk itu, ia berharap pemerintah tidak hanya mengandalkan tes, tapi juga loyalitas dan kontribusi terhadap pendidikan. Baginya, jam terbang (lama mengabdi) dan prestasi juga harus diperhitungkan dalam pengangkatan CPNS.
Sumber: tangselpos.co.id
4. Rizali Abdi Saputra
Guru asal Bukit Malintang, Sumatera Utara adalah satu dari sedikit guru yang berhasil menjadi mentor atau instruktur Guru Pembelajar Online (GPO). Dalam ujian seleksi bersama guru dari berbagai daerah di Sumatera Utara, ia adalah peserta dengan hasil terbaikSyarat wajib kalau mau jadi guru adalah keikhlasan. Ikhlas dalam menjalankan tugas dan menerima apapun hasilnya. - Rizali Abdi Saputra
Tak tanggung-tanggung, dirinya mengabdikan diri sebagai honorer SD Swasta sejak tahun 2002 atau 14 yang lalu. Dari penuturannya, ia mengaku bergaji 300 ribu perbulan. Ia pun menyayangkan, prestasi yang bisa membawa nama baik daerah ini kurang diperhatikan. Jika pun menyandang predikat mentor/instruktur nasional, itu tak berdampak pada perbaikan yang diterimanya.
Rizali mengingatkan, menjalankan profesi guru apalagi dengan status pegawai honor bukanlah hal yang mudah. Satu syarat paling utama adalah keikhlasan. Ikhlas dalam menjalankan semua tugas dan menerima apapun hasilnya.
Sumber: mohganews.co.id
5. Bayu Kresna Murti
Syaratnya, pembelajaran seharusnya dikemas santai dan menyenangkan bagi siswa-siswi. - Bayu Kresna Murti
Guru asal SMPN 4 Malang, Jawa Timur ini adalah orang dibalik kesuksesan beberapa siswa Kota Malang meraih juara tingkat propinsi dan nasional dalam lomba seni teater. Masih belum lama ia tercatat sebagai guru honorer di sekolah ini, yaitu sejak 2002 lalu. Namun prestasi demi prestasi telah mampu ia torehkan. Diantaranya pada 2012, dia berhasil menjadi penyaji dan sutradara terbaik FLS2N Jatim sekaligus sutradara terbaik Festival Budi Pekerti Disdik Jatim. Kemudian tahun 2013, siswa yang dibimbingnya meraih juara I FLS2N tingkat Propinsi Jawa Timur. Dan tidak berhenti hingga di situ, prestasi serupa juga mereka raih pada 2015–2016.
Di tingkat nasional, kesuksesan juga ia raih bersama anak didiknya. Diantaranya lomba FLS2N 2014 untuk kategori kreativitas dan musik tradisi. Kemudian tahun 2015 lalu, anak didiknya juga berhasil menjadi duta seni Provinsi Jawa Timur.
Sumber: radarmalang.co.id
6. Meti Gitanisari
Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 lalu menyisakan kenangan indah buat Meti Gitanisari. Guru asal SMA Negeri 8 Kota Ternate ini meraih nilai tertinggi se Kota Ternate dengan nilai 8,76. Dengan status sebagai honorer, prestasi ini tentu membanggakan. Penghargaan pun diberikan Dinas Pendidikan setempat atas pencapaiannya itu.
Apa yang diraih guru bidang studi matematika ini tentu sangat membanggakan, karena menjadi yang terbaik diantara ratusan guru asal Ternate. Pada UKG mata pelajaran matematika itu, ia hanya salah 11 nomor dari 60 butir soal yang diujikan.
Bagi guru yang mulai menjadi honorer sejak 2009 ini, penghargaan bisa menjadi motivasi baginya dan guru-guru lain, namun ia tetap berharap pemerintah lebih memperhatikan guru-guru honorer, seperti dengan membuka lagi pendaftaran CPNS.
Sumber: news.okezone.com
7. Ambar Maisaroh
Guru honor komite asal SMAN 1 Rengat Barat, Propinsi Riau ini meraih prestasi membanggakan tingkat nasional berupa juara 1 Kaligrafi Hiasan Mushaf pada MTQ XXVI di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Prestasi ini membantu Propinsi Riau meraih peringkat 6 besar pada gelaran tersebut.
Ia sendiri mengakui prestasi ini di luar dugaan, sebab tidak ada persiapan khusus sebelumnya. Berstatus sebagai Juara II di tingkat propinsi, ia mengira peringkat satu yang akan mewakili propinsi di ajang nasional. Namun setelah diadakan seleksi lanjutan, akhirnya dirinya terpilih mewakili Riau di tingkat nasional.
Dan dengan latihan dan persiapan seadanya itu, ia sukses menjadi yang terbaik di antara peserta dari seluruh Indonesia.
Sumber: www.indragiripos.com
Itulah guru-guru berstatus honorer yang mampu mengukir prestasi, baik tingkat lokal maupun nasional. Apa yang mereka perbuat mudah-mudahan bisa menginspirasi kita semua. Bahwa mengajar adalah niat yang muncul dari hati. Sehingga meski harapan kesejahteraan belum terpenuhi, tetap tidak mengurangi sedikitpun semangat untuk terus berkarya dan berprestasi.
Mudah-mudahan bermanfaat...
Gabung dalam percakapan