Anak Pendiam di Sekolah, Tapi Aktif di Rumah

Romansa profesi mengajar menemukan satu problem penting yang pasti dihadapi semua guru: siswa pendiam. Dalam setiap kesempatan, si anak terlihat suka menyendiri. Di saat ada tugas kelompok, ia jarang bersuara. Saat guru mendekat, ia tampak gugup dulu sebelum mau diajak bicara.

Setelah ditelusuri, di rumah ternyata ia bersikap sebaliknya. Di depan orang tua, ia mudah bercerita apa saja yang dia rasakan. Bahkan cenderung bawel untuk ukuran anak normal. Mengapa ini bisa terjadi?

Di salah satu forum konsultasi parenting online, saya pernah membaca tanya jawab antara seorang ibu dengan psikolog. Si ibu menyampaikan masalah seperti tertera di atas. Anaknya hanya mau terbuka kalau sedang berada di rumah. Di sekolah, ia berubah menjadi pribadi yang super diam. Tak jarang ia menangis di rumah lantaran beban yang ia hadapi di sekolah.

Setelah mendengar saran dari psikolog, si ibu menganggapi positif. Namun kalimat terakhirnya ini yang menarik perhatian saya. Ia melayangkan harapan, “Mudah-mudahan ia segera menemukan guru yang klik dengannya.”

Jujur saya tersentak membaca kalimat itu. Sebagai pengajar, saya berpikir adakah orang tua yang menilai saya tidak klik dengan siswa. Sehingga apapun masalah dan kekurangan yang dialami anak adalah buah kegagalan saya mengajar di kelas.

Namun seketika langsung saya tepis bayangan semacam itu, meski penting juga saya gunakan bahan refleksi. Si ibu tadi tentu tidak menyalahkan guru karena gagal mendidik anaknya, namun ia menaruh harapan besar agar gurunya menemukan solusi dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan berani layaknya si anak berada di rumah.

Kenapa si ibu menunjuk guru?

Karena problem itu terjadi di sekolah, yang jelas-jelas wilayah atau domain guru untuk menyelesaikan apapun masalah yang dihadapi siswa. Tidak perlu buru-buru memanggil psikiater, karena guru bisa mengambil peran itu meski secara perlahan.

Nah, sebelum kita masuk pada hal apa saja yang bisa guru lakukan, penting dibedakan dulu mana anak pendiam yang masuk kategori normal, dengan si pendiam yang butuh penanganan. Tidak semua anak pendiam itu patut dikhawatirkan. Karena setiap anak pasti mengalami “fase diam” dalam hidupnya. Umumnya itu situasional, hanya pada momen-momen tertentu.

Bahkan kita tahu juga bahwa anak dengan IQ tinggi (jenius) salah satu kebiasaannya adalah suka menyendiri dan tidak banyak bicara. Penanganan kasus seperti ini tentunya berbeda.

Lebih detailnya, berikut gambaran perbedaannya:


Sikap pendiam yang wajar:

  • Terjadi di awal masuk sekolah, atau pada awal tahun pelajaran baru. Pada masa ini, anak sedang menghadapi suasana serba baru, sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan diri. 
  • Saat anak sedang sakit atau kelelahan. Ini jamak terjadi. Hampir semua anak menemukan bentuk relaksasi dengan menenangkan diri serta menginginkan suasana tenang.
  • Mengerjakan tugas yang baru pertama kali ia kerjakan. Karena belum mampu menguasai tugas yang diberikan, beberapa anak memilih diam. Latihan terus menerus biasanya cukup menggugah kepercayaan dirinya tumbuh kembali.
  • Tidak berminat atau tertarik pada situasi tertentu. 

Lalu, apa tanda-tanda anak pendiam yang membutuhkan penanganan guru?

  • Sering menghindar dari pergaulan. Pasrah terhadap bullyan teman-temannya karena sering menolak ajakan bermain.
  • Memilih diam dan pasif dalam saat pelajaran di kelas.
  • Kerap mengaku sakit waktu masih memulai pelajaran, seperti pusing atau sakit perut.
  • Sering terlihat gugup saat didekati guru, dan berupaya menghindari tatapan mata langsung.
  • Kerap meminta izin keluar kelas dengan berbagai alasan untuk menghindari tugas.

Lima hal di atas kalau menyatu pada siswa, berarti jelas memerlukan intervensi guru dengan segera. Jika dibiarkan, jangka panjangnya anak kehilangan motivasi bahkan tidak tertarik lagi dengan sekolah. Selain itu ia juga tidak terlatih menyampaikan gagasan, unek-unek, perasaan pada teman sebaya.

Jadi bisa kita simpulkan, guru menyukai siswa yang aktif di sekolah.

Siswa aktif lebih gampang dideteksi apa lebih kurangnya, sehingga guru tahu apa saja kebutuhan belajarnya. Meski ada beberapa kasus pengecualian, keaktifan akan membuka jalan untuk memperoleh prestasi akademik yang bagus.

Nah, inilah beberapa tips yang bisa dilakukan guru untuk mengubah anak pendiam dan pasif menjadi lebih aktif dan energik di sekolah:

1. Sering mendekat di sampingnya
Tidak harus terburu-buru mengobrol. Biarkan si pendiam merasakan kehadiran kita sebagai suatu hal biasa. Baru di saat yang tepat kita bisa mengajaknya ngobrol seputar keseharian, keluarga, dan minatnya.

2. Temukan passion anak
Pintu masuk terbaik untuk masuk dalam kehidupan anak pendiam adalah tahu apa passionnya. Seringkali anak jadi diam karena kurang diperhatikan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan. Setidaknya passion itu juga bisa kita jadikan bahan obrolan dengannya.

3. Pengaturan tempat duduk dan kelompok belajar
Jika kebetulan di kelas ada siswa yang kepercayaan dirinya tinggi, supel, dan mudah bergaul, anda bisa mencoba menyandingkannya dengan si pendiam. Tak lupa kita memintanya untuk selalu mengajak serta si pendiam dalam tiap kegiatan baik waktu pembelajaran maupun saat I luar kelas.

4. Perbanyak model pembelajaran kooperatif
Cooperative learning adalah desain pembelajaran yang sangat dianjurkan saat ini. Diantara kelebihannya adalah bisa membuat siswa paling pendiam sekalipun menjadi aktif. Pilih yang ada unsur permainannya, serta libatkan seluruh anak bersama-sama agar si pendiam merasa menjadi bagian dari teman-temannya.

5. Beri tanggung jawab harian yang ia mampu
Hal-hal kecil seperti memimpin barisan, mengumpulkan lembar kerja, membagikan hasil ulangan bisa membuatnya merasa diakui di kelas. Ini dapat memacu keberaniannya untuk lebih banyak berbicara mengungkapkan ide dan pikirannya.

6. Berikan pujian dan hadiah
Sekali-kali perlu diberikan reward atas pencapaiannya. Berupa sanjungan dan sekali-kali hadiah yang relevan dengan minat yang diimpikannya. Serta jangan membiarkan teman lainnya mengolok apalagi membully dalam rentang waktu lama.

Demikian paparan singkat tentang anak yang pendiam di sekolah. Mulai dari ciri-ciri anak pendiam yang perlu intervensi guru, serta apa saja tips mengatasi anak dengan problem ini. Dan tak kalah pentingnya untuk  selalu intens berkomunikasi dengan orang tua. Berkonsultasi bagaimana keluarga mendidik si anak hingga ia bisa aktif kalau di rumah.

Semakin anak tahu kalau guru dekat keluarganya, maka ia akan balik memandang sosok guru layaknya anggota keluarga sendiri. Mudah-mudahan tips kecil ini bermanfaat . . .

Terima kasih telah mengunjungi lapak sederhana ini. Kehadiran dan dukungan Anda adalah penyemangat saya untuk terus menulis dan berbagi informasi tentang pendidikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda.