Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

Masih beberapa jam lalu saya mengikuti sosialisasi yang benar-benar baru (bagi saya). Tentang optimalisasi fungsi UKS di sekolah. Menurut saya, ada beberapa catatan menarik yang harus saya abadikan lewat tulisan ini. Sambil tentunya mengupdate artikel di blog ini biar terus “hidup” tiap harinya.

Terutama yang paling mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Anda mungkin lebih familiar dengan akronimnya, PHBS. Sore tadi, materi ini hanya disebut sekilas. Soalnya waktu yang tersisa sudah keburu habis. Jadinya saya dibuat penasaran dengan topik ini, terutama indikator-indikatornya.

Anda yang lebih dulu tahu mungkin tidak kesulitan mengingat apa indikatornya. Tidak semua, mungkin beberapa. Tapi itu tak berlaku bagi saya. Jujur ini benar-benar hal baru. Saya harus browsing mencari bacaan yang sekiranya bisa menjawab penasaran ini.

Akhirnya saya menemukan sebuah ebook berformat pdf yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI, judulnya Interaksi Suplemen PHBS di Sekolah. Referensi yang bagus, dan terpercaya tentunya. Disitu tertulis ada 8 hal yang menjadi indikator bahwa sekolah sudah menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Nah, berhubung buku itu hanya menjelaskan poin-poinnya saja, disini saya mencoba menjabarkannya. Tentunya sesuai kadar kemampuan saya. Sekaligus anda bisa langsung mengevaluasi sekolah anda, apakah masing-masing item itu sudah diprogramkan atau belum. Atau sudah diprogramkan tapi belum berjalan dengan baik.

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun

Aturannya adalah per kelas ada satu tempat cuci tangan untuk siswa. Tempatnya permanen, berbentuk kran air yang mengalir. Bukan yang diam seperti menyediakan satu timba air. Yang terakhir ini bukan membersihkan penyakit, tapi malah mengumpulkan penyakit.

Untuk menunjangnya, sekolah harus menyediakan sabun dan handuk sebagai sarana pelengkap cuci tangan. Ingatkan siswa untuk mencuci tangan tiap menjelang dan sesudah istirahat, selesai melakukan pekerjaan, dan menyentuh makanan.

2. Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

Indikator ini juga bisa kita maknai seluruh warga sekolah hanya jajan di warung atau kantin yang disediakan sekolah. Siswa tidak dipaksa membeli jajan atau makanan di kantin, tapi menyadari sendiri jajan disini sudah bersih dan memenuhi standar layak.

Yang perlu diperhatikan adalah makanan yang banyak mengandung bahan berbahaya. Seperti pewarna, pengawet, pengenyal, dan sejenisnya. Tahukah anda trik mendeteksinya? Untuk formalin, cukup kita pakai tusuk gigi yang kita tusukkan pada kunyit, setelah itu kita tusukkan pada bakso. Kalau warnanya berubah, itu tandanya ada formalin.

Untuk penyedap, kita bisa mencicipi makanan itu. Kalau di tenggorokan terasa “nyegrak” dan ada rasa kurang nyaman saat menelannya, bisa jadi mengandung monosodium glutamat (penyedap rasa) berlebihan. Itu sangat berbahaya pada perkembangan otak siswa anda.

Untuk yang lain, anda bisa searching sendiri bagaimana cara mendeteksinya.

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Banyaknya jamban yang ada di sekolah mengikuti aturan berikut:

  • Jamban siswa putri = jumlah siswa putri : 20
  • Jamban siswa putra = jumlah siswa putra : 25

Sangat dilarang menggunakan satu ruang untuk dipakai bersama siswa laki-laki dan perempuan, meskipun masih di usia yang sangat dini. Mungkin ada yang seperti ini, terutama sekolah-sekolah kecil. Penggunaan satu ruang jamban bersama-sama sangat berpotensi meningkatkan penularan penyakit. Sehingga tidak cukup terpisah, jamban sekolah juga cukup ventilasi, pencahayaan, tersedia tempat sampah dan alat-alat pembersih.

4. Olahraga yang teratur dan terukur

Berolahraga sudah masuk pada kurikulum pembelajaran di semua sekolah. Idealnya anak berolahraga tidak hanya seminggu sekali waktu ada pelajaran tersebut, namun setiap hari. Cara mudahnya adalah melakukan senam pagi bersama seluruh warga sekolah.

Nah tentunya sekolah perlu membuat jadwal yang teratur dan terukur. Terukur dalamm arti sesuai dengan kadar usia siswa. Juga di dalam mata pelajaran olahraga (PJOK) dimasukkan materi mengenai PHBS di sekolah.

5. Memberantas jentik nyamuk

Sudahkah sekolah anda punya Jumantik? Ya, juru pemantau jentik. Yang tugasnya mengamati adanya bibit-bibit penyakit yang berasal dari jentik nyamuk di tempat-tempat tergenangnya air. Kalau tidak adapun kita bisa mencegah penyebarannya, yaitu menguras bak mandi tiap kurang dari 7 hari. Artinya tiap minggu bak wajib dibersihkan.

Kenapa tujuh hari? Karena itulah waktu yang dibutuhkan jentik nyamuk sampai bisa terbang. Lebih dari itu, perkembangannya akan lebih cepat lagi. Selain itu, upayakan melaksanakan 3M seperti yang biasa kita dengar. Yaitu menguras dan menyikat tempat penampungan air, menutup dengan rapat tempat penampungan air, serta mengubur barang bekas yang bisa menampung air hujan.

6. Tidak merokok di sekolah

Kabarnya ada 4000 lebih zat kimia yang ada pada sebatang rokok. Parahnya zat-zat tersebut bukan hanya berbahaya bagi perokok, namun lebih berbahaya bagi orang di sekitarnya. Artinya ada anak-anak  yang berpotensi menderita bahaya asap rokok yang ada di sekolah.

Meski sudah ada himbauan serius menerapkani lingkungan sekolah tanpa asap rokok, nyatanya belum berjalan efektif. Sebabnya warga sekolah banyak juga yang merokok, baik guru, kepala sekolah, atau penjaga. Perlu sikap lebih bijak kalau belum bisa meninggalkannya.

Pantangan terbesar adalah merokok yang sampai diketahui siswa. Itu harus dihindari di era siswa saat ini. Mereka akan mudah menemukan alasan untuk mengikuti kebiasaan buruk itu.

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

Indikator sekolah sehat berikutnya yaitu adanya catatan periodik berat dan tinggi siswa. Kita tahu begitu cepatnya pertumbuhan dan perkembangan siswa, sehingga perlu pencatatan perubahan tubuhnya secara rutin.

Dengan memegang catatan berat dan tinggi badan siswa maka guru mudah memprediksi kondisi kesehatan dan gizinya. Nah sekolah bisa menjadwalkan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi secara rutin tiap bulan, atau 2 bulan sekali, maksimal 6 bulan sekali. Serta menyiapkan sarana yang memudahkan proses penimbangan dan pengukuran itu.

8. Membuang sampah pada tempatnya

Tiap ruang yang ada di sekolah perlu ada minimal satu tempat sampah. Sampah tidak boleh mengendap lebih satu hari. Artinya tiap hari sampah itu harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. TPA (tempat pembuangan akhir) diatur jaraknya jangan sampai terlalu dekat dengan kelas siswa belajar.

Guru juga bisa belajar mengolah sampah itu menjadi barang yang berguna (daur ulang). Banyak produk berguna sekarang yang merupakan produk olahan sampah. Hal ini tentu akan lebih berkesan kalau mengajak siswa terlibat dalam proses daur ulang itu.

. . .

Akhirnya tuntas sudah penjabarannya. Sebenarnya saya ingin menambah satu indikator yang menurut saya penting, yaitu sekolah memiliki tim pengawas PHBS. Anggotanya adalah dewan guru bersama masyarakat sekitar radius 500 meter (500 meter adalah radius sasaran program UKS di sekolah).

Tim pengawas ini bertugas mengawal konsistensi seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar dalam melaksanakan hal-hal yang tercantum di atas. Karena kita tahu di sekolah, pembiasaan menjadi kunci dalam penanaman karakter pada siswa.

Itulah ulasan saya kali ini tentang indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Terima kasih telah mengunjungi lapak sederhana ini. Kehadiran dan dukungan Anda adalah penyemangat saya untuk terus menulis dan berbagi informasi tentang pendidikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda.