Pilih Jadi Blogger atau Penulis Buku?

blogger menulis di blog menulis di buku

Saat ini, kalau punya hobi menulis tak perlu susah cari tempat biar tulisannya dibaca orang. Media sosial menjadi yang terdepan untuk menuangkan gagasan-gagasan kita secara mudah. Selain tak perlu biaya, sasarannya juga jelas. Kemungkinan tulisan kita dibaca orang besar karena targetnya adalah teman-teman kita.

Selain catatan di media sosial, ada lagi blog atau website yang juga tak kalah mudah. Kalau ingin lebih serius lagi bisa menulis di media massa atau di buku. Semuanya mudah dan bisa kita coba. Nah artikel ini akan mengulas dua pilihan dalam memahat tulisan-tulisan kita, yaitu blog dan buku.

Mari kita tepikan dulu motif mencari keuntungan dan uang dari aktivitas menulis. Kalau menurut anda, pilih menulis di blog (blogger) atau menulis buku?

Sebelum saya urai lebih panjang, mungkin anda kurang setuju kalau blog disejajarkan dengan buku. Blog itu bacaan santai. Kalau mau sumber referensi ilmiah yang carinya di buku. Bahkan dosen saya dulu semasa kuliah sering bilang begini, “jangan cari informasi di BLOG, nanti kamu bisa GO-BLOG”.

Benarkah demikian? Tunggu dulu.

Meski banyak yang mencibir rendahnya kualitas konten di blog, faktanya mereka juga sering cari informasi di internet. Benar kan? Dan siapa lagi yang membagikan konten itu selain blogger yang rutin menuangkan idenya lewat dunia maya.

Perbedaannya, kalau mau menerbitkan buku itu melewati proses editing, sedangkan memposting tulisan di blog tidak ada sama sekali. Itulah kenapa saat ini blog lebih mudah dipakai sebagai alat menyebarkan propaganda dan informasi hoax.

Meski begitu, tak sulit kok memilah mana blog dengan konten bagus di antara yang jelek-jelek. Sama mudahnya mencari buku cetak yanng tidak berkualitas diantara yang bagus-bagus.

Artinya kita harus menilai secara proporsional. Di jaman sekarang, tak sulit menilai kualitas isi konten. Blog dan buku adalah dua media yang sama-sama bagus untuk mengabadikan dan membagikan isi pikiran.

Bagaimana kalau ngeblog saja?

Segalanya akan sangat mudah. Kapanpun dan dimanapun anda bisa berbagi artikel tentang catatan sehari-hari tanpa ada batasan. Tapi meski bebas, jangan coba-coba menampilkan artikel hoax atau copas. Kalau ketahuan, itu sama saja merusak reputasi diri anda sendiri.

Tulislah catatan dengan jujur. Salah sih boleh, tapi kalau bohong jangan.

Jika anda bercita-cita menerbitkan buku tapi tak kunjung jadi, menulislah di blog terlebih dulu. Lewat blog anda akan melihat sampai dimana konsistensi menulis anda. Tidak ada tuntutan membuat tulisan yang runtut dalam jumlah banyak seperti menulis buku, karena di blog topik artikel bisa berbeda-beda tergantung mood. Lebih mudah, bukan?

Bahkan kalau sudah menemukan sensasi dari ngeblog, bukan tidak mungkin hasrat menulis buku itu terpinggirkan. Seperti saya ini, hehehe.. Saking asiknya nulis di blog, melihat ada yang baca setiap hari saja sudah buat hati senang. Termasuk komentar satu dua yang masuk, memberi gambaran seperti apa kualitas tulisan saya nanti kalau sudah mantap menulis buku.

Bukan mustahil juga anda bisa seperti rekan guru lain yang sudah lebih dulu sukses dari blogging.

Baca: 8 Guru Blogger Indonesia Paling Sukses Saat Ini

Bagaimana kalau menulis buku?

menulis buku

Resikonya ya harus mengumpulkan tulisan dalam jumlah banyak. Tentu itu menguras waktu, tenaga dan pikiran. Belum lagi naskah anda harus siap-siap direview dulu oleh penerbit. Banyak yang bilanng kalau masih pertama kali mengajukan naskah, sulit untuk menembusnya apalagi penerbit-penerbit mayor. Karena nama anda masih belum dikenal.

Meski demikian, tak ada salahnya untuk mencoba. Kalau ditolak oleh penerbit, solusinya bisa menerbitkan buku secara mandiri alias self publishing. Disini anda perlu keluar modal untuk biaya cetak per sekian eksemplar. Juga biaya promosi yang semuanya dilakukan secara mandiri.

Atau dengan langkah lain yaitu menulis secara keroyokan. Artinya satu buku ditulis oleh beberapa orang. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan ditanggung bersama-sama. Cukup kumpulkan teman-teman yang punya minat menulis sama seperti anda.

Atau kalau kesulitan, bisa mengikuti program menulis bersama yang diadakan oleh forum-forum. Ada banyak komunitas seperti itu di grup-grup facebook.

Baca: Nasib Buku di Era Digital

Sekarang pilih yang mana?

Nah, sudah punya gambaran atau belum media apa yang mau dipakai buat menyalurkan hobi kita ini? Sekarang, yuk sama-sama kita simpulkan apa sih kelebihan dan kekurangan dari keduanya.

Menulis di blog

Kelebihan:

  1. Mudah, mau menerbitkan artikel kapan saja dan dimana saja, tak pakai editor segala.
  2. Cepat terakses oleh pembaca. Apalagi jika sedikit-sedikit mengerti tentang SEO, artikel anda tidak hanya terbaca via media sosial tapi juga bisa dicari di google dan mesin pencari lainnya.
  3. Tanpa modal. Keluar modal baru kalau tidak mau versi gratisan kayak blogspot dan wordpress. Oh ya, modal lagi kuota internet waktu upload tulisan.
  4. Feedback langsung dari pembaca. Apresiasi, saran, kritik di kolom komentar membuat anda lebih mudah mengevaluasi karakteristik tulisan apa yang disukai pembaca.

Kekurangan:

  1. Persaingan tinggi. Saat anda klik terbitkan pada artikel anda di blog, pada saat yang sama ratusan bahkan ribuan orang juga melakukan hal sama.
  2. Tidak bisa dijadikan rujukan ilmiah. Dulu saya pernah coba-coba memasang tulisan hasil browsing dari google di makalah, hasilnya coretan rapi mendarat di makalah saya dan suruh mengganti dengan rujukan dari buku.
  3. Rentan copy paste. Kalau tulisan anda bagus, bukan tidak mungkin dicopy begitu saja oleh orang lain untuk diupload ulang di blog mereka atau bisa juga ditambahkan di buku dan diakui sebagai tulisan mereka sendiri.

Menulis Buku

Kelebihan:

  1. Personal branding lebih kuat. Selama ini yang dikenal sebagai penulis itu ya orang sudah menulis buku, bukan hanya di media massa atau bahkan cuma blogger,
  2. Bisa dijadikan referensi. Kalau anda beruntung, buku anda bisa tampil di footnote buku/karya ilmiah milik orang lain, karena bagian tulisan anda dicuplik untuk menguatkan isi tulisannnya.  
  3. Konten Abadi. Inilah alasan kenapa buku lebih terpercaya, soalnya tidak bisa direvisi. Untuk merevisi, harus pada cetakan selanjutnya. Beda kan dengan blog yang bisa kapan saja diedit kalau ada kesalahan.
  4. Menaikkan status akademik. Guru dan dosen sudah sangat paham tentang hubungan menulis buku dengan jenjang karir.

Kekurangan:

  1. Memakan waktu lama. Semakin anda ingin membuat buku kualitas terbaik, waktu yang diperlukan semakin lama. 
  2. Perlu modal, setidaknya untuk riset kecil-kecilan yang mendukung isi buku. Atau membeli buku yang ingin dijadikan referensi.
  3. Butuh promosi yang sangat gencar. Kalau tidak, sangat mungkin tenggelam di antara banyaknya buku yang sudah terbit.

Nah, bagaimana? Mungkin dari judul di atas anda berharap ada rekomendasi atau saran yang cocok tentang media menulis apa yang menguntungkan: BLOG atau BUKU. Tidak, saya hanya memberikan gambaran dari keduanya. Lebih kurangnya, untung ruginya.

Bagi seorang guru seperti saya, punya buku minimal satu hasil karya saya sendiri (bukan jiplakan) adalah sebuah nadzar. Namun saya ingin buku itu bukan ecek-ecek, agak berbobot dikit lah. Nah untuk mencapai itu saya ingin membangun konsistensi menulis salah satunya dengan menulis di blog seperti yang saya lakukan sekarang ini. Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat dan memberi inspirasi buat anda, amiiin.

Terima kasih telah mengunjungi lapak sederhana ini. Kehadiran dan dukungan Anda adalah penyemangat saya untuk terus menulis dan berbagi informasi tentang pendidikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda.