10 Warisan Budaya Takbenda Indonesia

warisan budaya takbenda

Indonesia memang negeri yang kaya. Selain memiliki keragaman suku, agama, dan bahasa, negara kita ini juga menyimpan ratusan warisan budaya takbenda. Saat ini, Kemendikbud sudah mencatat 294 warisan budaya takbenda Indonesia. Jumlah itu akan terus bertambah tiap tahunnya.

Berikut ini 10 warisan budaya takbenda yang terkenal di Indonesia:

1. Pasola

pasola

Kategori: Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan
Asal Provinsi: NTT

Pasola adalah permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas kuda yang merupakan bagian dari upacara ritual Marapu. Pasola diselenggarakan oleh orang Sumba bagian barat untuk merayakan musim tanam padi. Pasola merupakan bentuk ritual untuk menghormati Marapu, mohon pengampunan, kemakmuran dan untuk hasil panen yang melimpah.

2. Pacu Jalur

pacu jalur

Kategori: Tradisi dan Ekspresi Lisan
Asal Provinsi: Riau

Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat sekitar juga sering disebut jalur.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Pacu Jalur merupakan puncak dari seluruh kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang mereka keluarkan untuk mencari penghidupan selama setahun.

3. Singo Ulung

singo ulung

Kategori: Seni Pertunjukan
Asal Provinsi: Jawa Timur

Singo ulung adalah tarian rakyat dari Kabupaten Bondowoso. Dalam legendanya, Singo Ulung merupakan gelar yang diberikan kepada seseorang yang bernama Juk Seng, bangsawan dari Blambangan yang suka mengembara.

4. Musik Bia

bia

Kategori: Seni Pertunjukan
Asal Provinsi: Sulawesi Utara

Awalnya, Bia atau kerang (dalam ukuran cukup besar dapat dipegang dengan kedua tangan manusia) digunakan manusia sebagai alat komunikasi yang digemakan (dibunyikan dengan cara meniup bia tersebut) dari suatu tempat tinggi di pesisir pantai (bukit atau di atas pohon kelapa). Orang Minahasa menyebutnya Pontuang. Di wilayah pedalaman Minahasa, pontuang digunakan oleh kelompok mapalus, yang dibunyikan pada pagi dan sore hari.

5. Obor Pattimura

obor pattimura

Kategori: Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan
Asal Provinsi: Maluku

Setiap tanggal 14 Mei dilakukan proses pembakaran obor Pattimura di gunung Saniri, dan obor tersebut hanya bisa dibakar oleh anak adat Negeri Tuhaha.

Upacara ini merekonstruksi bagaimana seorang kapitan Pattimura yang sebelum melakukan perlawanan dengan pihak Belanda, kemudian melakukan upacara adat untuk meminta restu dari Tuhan dan para Letuhur di dalam menyatukan hati dan menggelorakan keberanian dan semangat pantang mundur di dalam menentang penjajah.

6. Upacara Adat Nujuh Jerami

nujuh jerami

Kategori: Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan
Asal Provinsi: Bangka Belitung

Upacara Nujuh Jerami merupakan ritual yang diselenggarakan setiap tahun berdasarkan penanggalan Cina, yaitu pada 13 hari bulan yang bertepatan dengan bulan purnama.

Dalam penanggalan masehi, biasanya jatuh pada setiap bulan April. Upacara ini dirayakan oleh komunitas Orang Lom di Dusun Air Abik dan Dusun Pejam. Ritual ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur warga adat.

7. Sapundu

sapundu

Kategori: Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Asal Provinsi: Kalimantan Tengah

Sapundu merupakan salah satu bentuk seni ukir tradisional masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, berupa patung-patung dengan motif dan fungsi yang khas. Umumnya motif ukiran sapundu menggambarkan tentang manusia. Media ukirnya menggunakan kayu ulin, atau dalam bahasa Dayak kayu disebut juga kayu tabalian.

Masyarakat Dayak Ngaju menganggap, kayu ulin memiliki kekuatan yang luar biasa. Sapundu merupakan alat kelengkapan dari upacara Tiwah.

8. Polopalo

polopalo

Kategori: Tradisi dan Ekspresi Lisan
Asal Provinsi: Gorontato

Potopalo berasal dari kata polo-polopalo artinya bergetar nyaring. Potopalo adatah permainan rakyat yang menggunakan alat terbuat dari seruas bamboo/bulu kering atau juga dari kayu kering dan berbunyi nyaring.

Fungsinya pada masa dahulu digunakan oleh para petani sebagai penghibur di saat menjaga padi dan jagung. Kemudian fungsinya meluas sebagai tanda waktu berbuka puasa dan makan sahur di bulan Ramadhan.

9. Koteka

koteka

Kategori: Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Asal Provinsi: Papua

Busana kaum laki-laki Mee dan Dani. Koteka terbuat dari jenis tanaman berupa buah labu Cina yang ditanam di daerah mereka. Tanaman merambat ini diambil buahnya yang sudah tua.

Buah labu yang sudah kering dilubangi pada bagian bawahnya dan dipasang tali sebagai pengait koteka, dan pada bagian atasnya diberi lubang untuk tali pengikat atau menggantungkan aksesoris.

10. Ulu Ambek

ulu ambek

Kategori: Seni Pertunjukan
Asal Provinsi: Sumatera Barat

Pertunjukan ulu ambek adalah pertunjukan beradat, pertunjukan kesenian yang diklaim sebagai suntiang (mahkota) ninik mamak atau penghulu. Oleh karena itu selama pertunjukan berlangsung tidak boleh ada pertunjukan lain pada saat yang sama.

Selama pertunjukan berlangsung tidak dibolehkan seseorang menimbulkan kebisingan. Ada tiga citra visual yang menarik pada pertunjukan ulu ambek, yaitu bersalaman, bertarung, dan kepemimpinan janang.

(Sumber: Majalah Jendela Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi I/Februari 2006)

Terima kasih telah mengunjungi lapak sederhana ini. Kehadiran dan dukungan Anda adalah penyemangat saya untuk terus menulis dan berbagi informasi tentang pendidikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda.