5 Pemikiran Abdul Mu'ti Tentang Pendidikan

Berikut ini pemikiran tentang pendidikan dari Abdul Mu'ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah 2024-2029.
pemikiran pendidikan abdul mu'ti

Selama ini, banyak sekali kita temui tokoh-tokoh yang memiliki pandangan mendalam tentang pendidikan. Salah satu sosok intelektual yang memiliki pemikiran inovatif di bidang pendidikan adalah Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed., yang merupakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah periode 2024 - 2029.

Dalam artikel ini, kita akan menggali lima pemikiran Abdul Mu'ti yang dapat memberikan inspirasi dan pemahaman baru tentang arah pendidikan di Indonesia. Setiap pemikiran beliau tidak hanya mencerminkan visi dalam meningkatkan mutu pendidikan, tetapi juga menunjukkan komitmennya dalam menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan berdaya saing.

Diantara banyak pemikiran inovatif Abdul Mu’ti tentang pendidikan, berikut 5 diantaranya.

1. Pendidikan adalah sarana untuk membawa perubahan bagi pribadi dan bangsa

Pendidikan adalah kunci utama dalam menciptakan perubahan, baik pada individu maupun bangsa. Abdul Mu'ti menekankan bahwa pendidikan ideal harus mampu mengubah pola pikir dan membawa bangsa menuju kemajuan. Menurutnya, pendidikan bukan hanya tentang mengajar di dalam kelas, tetapi juga harus melibatkan pengalaman di luar kelas, sehingga mampu memberikan inspirasi dan gagasan baru.

Mu'ti menyoroti contoh Korea Selatan, sebuah negara yang berhasil bangkit menjadi kekuatan ekonomi dunia melalui pendidikan karena menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, kerja keras, dan penghormatan terhadap budaya.

Perubahan orientasi pendidikan juga terlihat di Arab Saudi. Dulu, negara ini dikenal dengan sistem pendidikan yang berfokus pada penghafalan Al-Qur'an dan Hadis. Namun, kini Arab Saudi telah mengadopsi pendekatan yang lebih modern dengan fokus pada penguasaan teknologi canggih.

Hal ini berbeda dengan orientasi pendidikan di beberapa bagian Indonesia, yang masih terjebak dalam pendekatan tradisional.

2. Pendidikan harus menanamkan tiga hal penting: knowledgealbe, capable, dan humble.

Abdul Mu'ti menyampaikan pandangan tentang pendidikan yang seharusnya menjadi proses "memanusiakan manusia". Pendidikan tidak hanya soal memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk individu yang mampu menjalankan peran sebagai abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah (pemimpin di bumi).

Untuk mencapai tujuan tersebut, ada tiga hal utama yang perlu ditanamkan dalam pendidikan: knowledgeable (serba tahu), capable (serba bisa), dan humble yang berakhlakul karimah.

Knowledgeable berarti pendidikan harus membantu seseorang menjadi pribadi yang cerdas dan pintar. Seorang yang knowledgeable dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat.

Capable mencerminkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini bukan hanya terkait dengan aspek intelektual, tetapi juga keterampilan hidup yang membuat seseorang serba bisa dalam menghadapi tantangan.

Humble atau sikap rendah hati. Sikap ini penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, di mana individu tidak hanya berkompetisi, tetapi juga peduli dan bekerja sama untuk kebaikan bersama.

Oleh karena itu, pendidikan harus memberikan layanan dan fasilitas yang memadai agar para murid dapat tumbuh menjadi pribadi seperti di atas. Ini adalah fondasi yang kuat untuk mencapai cita-cita mereka di masa depan.

3. Pendidikan adalah proses berkesinambungan untuk memuliakan manusia

Abdul Mu’ti menekankan bahwa pendidikan adalah proses berkesinambungan yang bertujuan memuliakan manusia. Pendidikan, harus membantu individu mengembangkan potensi material dan spiritual, sehingga mampu meraih kesejahteraan dan kemuliaan hidup. Lebih dari sekadar sukses pribadi, pendidikan juga harus mempersiapkan individu untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Mu’ti menggarisbawahi bahwa pendidikan harus membentuk karakter yang kokoh, di mana kesadaran sosial dan moral menjadi bagian integral dari pembelajaran. Dalam konteks global sekarang ini, pendidikan tidak hanya mencetak individu yang pintar dan berprestasi, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial. Ini artinya, pendidikan harus mendorong siswa untuk berbuat yang terbaik bagi kemajuan masyarakat dan bangsa.

Dengan pemikiran ini, Mu’ti menekankan bahwa pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian dan karakter yang kokoh. Pendidikan menjadi fondasi utama untuk mencapai kemajuan baik secara nasional maupun global, di mana kesejahteraan bersama dapat diraih melalui pembelajaran yang berkelanjutan dan berorientasi pada kontribusi sosial.

4. Pendidikan harus inklusif, terbuka, dan menghormati perbedaan keyakinan

Pendidikan agama berperan penting dalam menjaga pluralitas dan membangun kerukunan di tengah masyarakat yang beragam. Menurutnya, pendidikan agama sering kali dianggap sebagai faktor yang memisahkan, padahal justru sebaliknya, dapat menjadi jembatan yang mempersatukan perbedaan antar kelompok.

Mu’ti juga menekankan pentingnya prinsip penerimaan dan toleransi dalam kehidupan bersama. Ia menyayangkan bahwa masih ada orang yang mengabaikan orang lain hanya karena perbedaan keyakinan. Oleh karena itu, pendidikan agama perlu dirancang untuk mengembangkan tiga konsep utama.

  • Pendidikan harus inklusif, terbuka pada perbedaan yang ada, dan mengakui keyakinan individu.
  • Perlu dikembangkan pendidikan mindful, yang mengajarkan bahwa setiap individu memiliki eksistensi yang harus dihormati, termasuk dalam hal pilihan agamanya. Konsep-konsep ini berakar pada pluralisme dan inklusivitas, yang mengharuskan setiap orang menghormati pilihan orang lain.
  • Pentingnya ruang dialog dalam pendidikan agama yang pluralis. Dengan membuka kesempatan untuk mempelajari agama lain, baik secara tekstual maupun praktik sehari-hari, akan muncul pemahaman yang lebih mendalam tentang toleransi dan penerimaan perbedaan.

Metode pengajaran agama juga perlu diperbarui, dengan bahan ajar yang lebih ideologis dan mendorong siswa untuk aktif bertanya serta membandingkan materi. Ini penting untuk mendorong pemikiran kritis dan dialog yang sehat di kalangan siswa.

5. Pemimpin pendidikan menjadi faktor kunci keberhasilan pendidikan

Menurut Abdul Mu’ti, seorang pemimpin pendidikan harus memiliki kemampuan komunikasi, kerja sama, dan penerimaan terhadap perbedaan. Kolaborasi dan keterbukaan adalah kunci untuk menciptakan lembaga pendidikan yang berhasil.

Dalam hal ini, posisi kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan dasar dan menengah sangat penting. Perkembangan sekolah sangat bergantung pada kepala sekolah yang mampu memaksimalkan kompetensi seluruh warga sekolah. Jika seorang kepala sekolah tidak memiliki inovasi, maka inovasi dari guru dan staf harus dimunculkan.

Mu’ti juga menekankan bahwa kepala sekolah harus bisa menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Kerja sama ini penting agar sekolah memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan sekolah lain, memperkuat identitas dan kualitasnya di mata masyarakat.

Sosok intelektual yang humoris ini juga menjelaskan tiga macam kepemimpinan kepala sekolah:

  • Pemimpin Pecundang: Ini adalah tipe pemimpin yang justru merusak kualitas sekolah. Alih-alih meningkatkan mutu, mereka sering kali menjadi sumber masalah dan menyebabkan kemunduran.
  • Pemimpin Pemimpi: Tipe ini memiliki banyak ide dan pemikiran, namun sayangnya tidak ada tindakan nyata. Mereka tidak mampu mewujudkan ide-idenya dan mencari solusi atas permasalahan yang terjadi.
  • Pemimpin Pesulap: Ini adalah tipe pemimpin yang mampu membuat perubahan positif di sekolah. Mereka berhasil mewujudkan terobosan-terobosan yang sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan, membawa sekolah menuju arah yang lebih baik.

Pemikiran ini menggambarkan bahwa pemimpin bukan hanya soal memiliki jabatan, tetapi bagaimana bisa membawa sekolah menjadi lebih unggul melalui tindakan nyata dan kerja sama yang berdampak.

Bahan bacaan:
https://tvmu.tv/, https://news.mediamu.com/, http://pwmlampung.or.id/

Guru biasa yang ingin belajar dan berbagi.