5 Kebiasaan Buruk Guru Yang Perlu Dihilangkan

kebiasaan buruk guru

Guru adalah profesi yang mulia. Selain menyandang profesional, guru juga menjadi teladan tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di masyarakat. Mengajar dan mendidik merupakan aktivitas yang selalu dijalankan tiap hari, telah menyatu menjadi kepribadian seorang guru.

Dengan label panutan dan contoh bagi orang lain, apakah guru tidak memiliki kebiasan negatif? Tidak mungkin rasanya jika guru tidak memilikinya. Sebagai manusia biasa, guru juga tak luput dari kekurangan. Bahkan seringkali kebiasaan buruk ini memicu lunturnya respek dari siswa maupun rekan sejawat.

Disini kita tidak akan membahas perilaku oknum guru yang menyimpang, seperti memukul siswa atau kelakukan kriminal lain. Hal itu sudah jelas menyalahi hukum. Yang akan kita bahas adalah kebiasaan buruk yang terlihat sepele dan hampir dilakukan banyak guru, yang ternyata menghambat tugas mendidik itu sendiri.

Baca juga: 9 Ciri Guru Yang Baik dan Disukai Siswa

Berikut ini kebiasaan buruk guru yang dilakukan dalam kapasitasnya sebagai seorang pengajar dan pendidik :

1. Memiliki “keakuan” yang tinggi

Biasanya saat sekolah mendapat prestasi, atau ada siswa yang meraih juara dalam perlombaan, ada salah satu guru yang menganggap itu murni kerja kerasnya saja. Seolah-olah tidak ada peran dari guru lain. Meski benar-benar guru itu yang paling berperan, sifat keakuan seperti ini tidak disukai rekan sejawat.

2. Rendah diri

Ada banyak contoh bentuk sikap rendah diri. Mulai dari memilih duduk di belakang saat acara tertentu (rapat, seminar) atau merasa bahwa profesi guru bukanlah profesi membanggakan. Apapun alasannya, sikap seperti ini sangat menghambat guru untuk berkembang baik secara jenjang karir maupun kualitas mengajar di kelas.

3. Berprasangka buruk

Apabila sedang bersama-sama, terlihat biasa-biasa saja. Namun di belakang malah menggunjingkan salah satu rekan guru satu sekolah. Tidak menutup kemungkinan juga membicarakan kepala sekolah di luar batas sewajarnya. Di sisi lain, apabila ada guru muda yang lebih bernergi dan kreatif, terus menerus berprasangka ia tidak menghormati guru senior yang sudah puluhan tahun mengajar.

4. Meremehkan kedisiplinan

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kedisiplinan saat ini sering dipertanyakan. Sebab dengan bergelut di dunia pendidikan yang pasti menanamkan karakter positif, sangat disayangkan jika guru menampilkan hal sebaliknya. Sebenarnya tidak menjadi masalah jika satu dua kali tidak disiplin, seperti masuk telat karena ada kepentingan keluarga. Tapi kalau sudah meremehkan masalah kedisiplinan dan menjadi kebiasaan, tidak salah jika siswa kehilangan respect pada guru bersangkutan.

5. Mudah tersinggung dan marah

Salah satu hal berat dari seorang guru adalah menyembunyikan rasa marah. Siapa orang yang tidak pernah mengalami masalah, lalu kesal, kecewa, dan sebagainya. Nah sebagai guru dituntut mengendapkan masalah yang dialaminya untuk tidak dibawa-bawa ke dalam kelas. Namun hal seperti ini masih wajar. Beda dengan guru yang sedikit-sedikit gampang menunjukkan raut muka marah, seolah lupa bahwa yang dihadapi adalah seorang anak yang masih berproses dan berkembang.

Baca juga : Peluang Usaha Sampingan Guru dengan Modal Kecil dan Minim Pesaing

Baiklah, uraian di atas tidak ingin menyinggung siapapun, khususnya rekan-rekan guru. Karena saya yakin tidak semua guru memiliki kebiasaan buruk di atas.

Namun kiranya uraian ini bisa menjadi bahan introspeksi untuk berperang mengalahkan kekurangan kita masing-masing, sebagai bekal menuju guru profesional. Karena hal paling utama dari kemajuan diri adalah mau terbuka terhadap kealpaan dan kesalahan masing-masing. Semoga artikel ini bermanfaat . . .

Terima kasih telah mengunjungi lapak sederhana ini. Kehadiran dan dukungan Anda adalah penyemangat saya untuk terus menulis dan berbagi informasi tentang pendidikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda.