3 Langkah Sederhana Menjadikan Anak Mandiri

cara agar anak mandiri

Saat di rumah,mungkin anda kerap jengkel pada anak anda yang apa-apa tidak mau mengerjakan sendiri, selalu bergantung pada orang tua. Saat diingatkan, mungkin sekali waktu ia langsung mengerjakan, tapi di waktu lain ia mengulang lagi sikap serupa.

Di sekolah juga sama, para guru sering melihat ada anak yang tidak mau membereskan tempat makannya. Sedangkan di bangku sebelahnya, seorang anak begitu rajin merapikan buku, peralatan belajar, juga tempat makannya.

Mengapa ada anak yang mau merapikan sendiri dan ada anak yang tidak peduli dengan barang miliknya? Yang jelas, hal ini menunjukkan bahwa kemandirian anak itu berbeda-beda.

Lalu, apa dan bagaimana langkah menjadikan anak bisa mandiri?

Istilah mandiri dalam Kamus Kemdikbud berarti keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain: sejak kecil ia sudah biasa -- sehingga bebas dari ketergantungan pada orang lain.

Kalimat sejak kecil ia sudah biasa inilah pokok dari definisi mandiri. Kemandirian ini tidak bisa otomatis langsung dikuasai, namun membutuhkan pembiasaan sedikit demi sedikit. Ini tentunya dimulai di ligkungan keluarga sejak usia dini.

Banyak hal yang menjadikan anak tidak bisa mandiri. Seperti pekerjaan kecil yang seharusnya diselesaikan sendiri oleh anak, orang tua memilih mengerjakannya. Anak bahkan merasa tidak perlu melakukan apapun untuk kebutuhan pribadinya. Tanpa disadari, sikap manja itu terbawa anak sampai ia remaja.

Menyediakan segala kebutuhan anak memang penting, dan itu merupakan kewajiban orang tua. Tapi “memaksa” anak mengerjakan sedikit tugas untuk membentuk sikap mandirinya juga tak kalah penting. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru maupun orangtua dalam menanamkan kemandirian dalam diri anak.

Nah, sebelum terlambat maka perlu pembiasaan yang serius dari orang tua dan guru sejak anak masih berusia dini. Berikut 3 langkah sederhana yang perlu dilakukan untuk memulai anak melatih hidup mandiri:

1. Minta anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumah atau sekolah.

Di rumah, anak yang masih berusia dini bisa diajak untuk mengerjakan pekerjaan kecil, seperti menyapu lantai, mengelap debu jendela atau meja di kamarnya, dan hal-hal kecil lainnya. Sedangkan di sekolah, guru bisa meminta anak membersihkan sisa makanan yang baru saja ia makan. Hal seperti ini mungkin terlihat kecil dan remeh, tetapi memang pembiasaan mandiri dimulai dari hal-hal kecil.

2. Merapikan tempat tidurnya sendiri.

Di awal, mungkin anak akan kesulitan melipat selimut atau merapikan bagian lainnya. Namun, anda perlu melihat sisi positif dari kesulitan itu. Berikan bantuan sedikit saja, untuk memberikan contoh bagaimana cara merapikan tempat tidur yang benar.

Di sekolah, guru bisa mengajak anak untuk membereskan peralatan belajarnya saat pelajaran berakhir. Di samping itu, tugas piket juga harus dinilai anak sebagai kewajibannya saat masuk dan hendak pulang sekolah.

3. Berikan reward saat anak menunjukkan sikap mandiri.

Reward sangat penting bagi anak, apalagi bagi mereka yang sulit sekali dilatih kemandiriannya. Orangtua dan guru jangan berhenti mengatakan kalimat-kalimat pujian saat anak menunjukkan sikap mandiri. Di sekolah, guru bisa memberikan bintang prestasi untuk dikoleksi saat si kecil berhasil melatih sikap mandirinya.

Demikianlah 3 langkah sederhana yang dapat ditempuh oleh orang tua dan guru dalam menanamkan kemandirian anak. Siapapun tentu mendambakan punya anak yang mandiri, karena pribadi mandiri lebih kuat menjalani kehidupannya di masa depan. Sekali lagi, peran orangtua dan guru lah yang paling penting untuk membiasakan sikap mandiri anak baik di rumah dan juga di sekolah.

Terima kasih telah mengunjungi lapak sederhana ini. Kehadiran dan dukungan Anda adalah penyemangat saya untuk terus menulis dan berbagi informasi tentang pendidikan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda.