Pendekatan Deep Learning dan Penerapannya dalam Kurikulum Merdeka

Pengertian deep learning, karakteristik, kelebihan dan kekurangan, integrasi deep learning dalam kurikulum merdeka.
deep learning

Deep learning atau pembelajaran mendalam menjadi topik yang banyak dibicarakan menyusul rencana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang akan memasukkan pendekatan ini ke dalam kurikulum. Meski sebenarnya ini bukan metode atau pendekatan baru, melainkan sudah dikenal sejak lama di lingkungan pendidikan.

Lalu, apa sebenarnya Deep Learning?

Merujuk pada beberapa hasil penelitian, banyak yang menyimpulkan bahwa deep learning memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan belajar serta sosial-emosional siswa. Secara konseptual, deep learning mendorong siswa untuk tidak hanya memahami informasi, tetapi juga mengaitkannya secara lebih mendalam, yang berujung pada pemahaman yang lebih holistik.

Pendekatan deep learning berlawanan dengan apa yang sering disebut surface learning yaitu lebih berfokus pada penghafalan fakta tanpa mendorong keterlibatan kritis, mengurangi kesempatan siswa untuk benar-benar memahami materi dan lebih terfokus pada persiapan ujian semata.

Daftar Isi:

Pengertian Deep Learning

Deep learning atau pembelajaran mendalam merupakan pendekatan yang menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu.

Deep learning bukan sekadar metode untuk meningkatkan pemahaman siswa, melainkan sebuah pendekatan yang mengubah cara belajar menjadi lebih aktif, kolaboratif, dan mendalam.

Berbeda dengan pembelajaran tradisional yang lebih menekankan pada hafalan dan pengulangan informasi, deep learning mengajak siswa untuk menggali lebih dalam tentang materi pelajaran, mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari, dan menerapkannya dalam situasi nyata.

Metode ini berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kemampuan analisis, dan kreativitas, dengan tujuan menciptakan pemahaman yang lebih holistik. Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga aktif dalam membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman belajar yang memacu mereka untuk berpikir secara mandiri dan bekerja sama.

Pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis inkuiri, studi kasus, dan simulasi kehidupan nyata merupakan metode turunan dari pendekatan ini.

Sebagai contoh, dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), siswa dapat diajak untuk mempelajari perubahan ekosistem dengan menciptakan simulasi lingkungan yang menggambarkan dampak perubahan iklim. Mereka dapat bekerja dalam tim untuk merancang solusi terhadap masalah lingkungan atau bahkan membuat proyek inovatif yang meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam.

Pendekatan ini tidak hanya mengembangkan pengetahuan mereka tentang topik tersebut, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan dengan tantangan dunia nyata.

10 Karakteristik Utama Deep Learning

Deep learning memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari pendekatan pembelajaran lainnya.

  1. Pembelajaran berbasis eksplorasi, belajar aktif, dan berbasis konsep
    Siswa didorong untuk aktif menggali pengetahuan melalui berbagai pengalaman belajar yang mengutamakan pemahaman konsep, bukan sekadar menghafal informasi.
  2. Mendorong kolaborasi, rasa ingin tahun dan berpikir kritis
    Pendekatan ini juga mendorong siswa untuk berpikir kritis, menggali rasa ingin tahu, dan berkolaborasi dengan teman-temannya, sehingga memperkaya wawasan mereka.
  3. Buku teks adalah salah satu sumber pengetahuan
    Dalam proses pembelajaran deep learning, buku teks hanya berfungsi sebagai salah satu sumber pengetahuan, bukan satu-satunya referensi. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi sumber lain, baik itu digital maupun non-digital, yang lebih sesuai dengan topik yang sedang dipelajari.
  4. Multidisiplin
    Pembelajaran ini juga bersifat multidisiplin, memungkinkan siswa menghubungkan berbagai mata pelajaran dan memahami kaitannya dalam konteks kehidupan nyata.
  5. Dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid
    Setiap siswa memiliki gaya dan kecepatan belajar yang berbeda, dan deep learning memberi ruang bagi mereka untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
  6. Kelas bersifat heterogen
    Dalam kelas yang bersifat heterogen, siswa dengan kemampuan yang berbeda dapat saling mendukung dan belajar bersama, menciptakan lingkungan yang inklusif.
  7. Asesmen autentik, berbasis kinerja
    Asesmen dalam deep learning lebih bersifat autentik, yaitu berbasis pada kinerja dan bukan hanya ujian formal. Evaluasi dilakukan melalui tugas-tugas yang relevan dengan dunia nyata, yang mencerminkan proses belajar secara lebih nyata dan aplikatif.
  8. Sekolah adalah tentang perkembangan akademik, sosial, dan emosional
    Pembelajaran juga dipandang sebagai proses yang berfokus pada perkembangan akademik, sosial, dan emosional siswa, bukan hanya pencapaian akademis semata.
  9. Guru mengajar dan merencanakan pembelajaran dalam tim
    Guru dalam pendekatan ini tidak hanya mengajar, tetapi juga merencanakan pembelajaran secara kolaboratif dengan rekan sejawat untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik.
  10. Pembelajaran merupakan aktivitas kolaboratif
    Pembelajaran deep learning pada dasarnya adalah sebuah aktivitas kolaboratif yang melibatkan siswa, guru, dan seluruh komunitas sekolah dalam proses pembelajaran yang lebih holistik.

3 Prinsip Deep Learning

Pendekatan deep learning dalam pendidikan tidak hanya fokus pada metode atau teknik tertentu, tetapi juga melibatkan tiga prinsip yang saling terkait: meaningful learning, mindful learning, dan joyful learning.

Ketiga prinsip ini bekerja bersama-sama untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam, relevan, dan mampu memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Berikut adalah penjelasan tentang masing-masing prinsip tersebut:

1. Meaningful Learning

Meaningful learning atau pembelajaran bermakna adalah pendekatan yang menekankan pentingnya keterkaitan antara pengetahuan baru dengan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.

Tujuan utama dari pembelajaran bermakna adalah agar siswa dapat melihat bagaimana materi yang dipelajari relevan dengan kehidupan mereka, sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami dan signifikan.

Dengan cara ini, siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga dapat mengaitkan konsep-konsep baru dengan hal-hal yang sudah mereka ketahui, membuat pemahaman mereka lebih dalam.

Karakteristik Meaningful Learning:

  • Keterhubungan Konseptual: Siswa memahami hubungan antara konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain atau dengan pengalaman nyata.
  • Relevansi: Pembelajaran bermakna sering kali terkait langsung dengan kehidupan siswa, baik secara pribadi maupun profesional, menjadikan materi lebih berguna dan penting.
  • Internalisasi Pengetahuan: Siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi memahami konsep secara mendalam sehingga mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam berbagai situasi.

2. Mindful Learning

Mindful learning atau pembelajaran dengan kesadaran penuh menuntut siswa untuk terlibat sepenuhnya dalam proses belajar dengan perhatian yang utuh. Pembelajaran ini tidak hanya menekankan pada hasil akhir, tetapi juga memberi perhatian besar pada proses yang dilalui siswa.

Dalam *mindful learning*, siswa diminta untuk fokus, melibatkan diri secara mental dan emosional, serta memberi perhatian penuh terhadap materi yang sedang dipelajari tanpa terganggu oleh faktor eksternal. Pembelajaran ini mengajarkan pentingnya kesadaran dan refleksi dalam belajar.

Karakteristik Mindful Learning:

  • Kehadiran Penuh: Siswa hadir secara menyeluruh dalam setiap aspek pembelajaran -mental, fisik, dan emosional- dengan memberikan perhatian penuh terhadap apa yang sedang mereka pelajari.
  • Refleksi: Siswa dianjurkan untuk mengevaluasi pemahaman mereka, mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi, dan mencari cara untuk mengatasinya, yang meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi.
  • Fleksibilitas Berpikir: *Mindful learning* mengajak siswa untuk terbuka terhadap pendekatan baru dan cara berpikir yang beragam, mendorong mereka untuk berpikir lebih kreatif dan kritis.

3. Joyful Learning

Joyful learning atau pembelajaran yang menyenangkan bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang positif dan penuh motivasi. Dalam pendekatan ini, siswa belajar dalam suasana yang tidak menakutkan dan justru menggairahkan mereka untuk lebih aktif terlibat.

Pembelajaran yang menyenangkan melibatkan aktivitas yang interaktif, eksploratif, dan kolaboratif, yang mampu menumbuhkan semangat belajar dan meningkatkan keterlibatan siswa. Dengan suasana yang menyenangkan, siswa lebih termotivasi dan merasa lebih nyaman dalam belajar.

Karakteristik *Joyful Learning*:

  • Antusiasme dan Motivasi: Siswa lebih bersemangat untuk belajar ketika metode dan materi yang digunakan sesuai dengan minat dan keinginan mereka, menciptakan rasa ingin tahu yang lebih besar.
  • Pembelajaran Kolaboratif: Aktivitas yang melibatkan kerja sama antar siswa, seperti permainan edukatif atau proyek kolaboratif, menjadikan pembelajaran lebih seru dan menyenangkan.
  • Lingkungan Belajar yang Positif: Suasana kelas yang mendukung, inklusif, dan menghargai keberagaman cara belajar membuat siswa merasa diterima dan dihargai, yang penting untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan.

Kelebihan dan Tantangan yang Dihadapi

Penerapan deep learning dalam pendidikan membawa banyak manfaat bagi siswa. Salah satu kelebihannya adalah memperkuat keterampilan berpikir kritis dan analitis. Dengan metode ini, siswa dilatih untuk menilai informasi secara lebih mendalam dan mengidentifikasi solusi berdasarkan data serta fakta yang ada, bukan hanya menerima informasi secara pasif.

Ini membantu mereka mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara objektif dan membuat keputusan yang lebih tepat dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, deep learning memungkinkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan teoretis dengan penerapan nyata. Misalnya, bagaimana prinsip-prinsip dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat diterapkan dalam teknologi sehari-hari, seperti penggunaan prinsip fisika dalam alat-alat elektronik.

Hal ini membuat pembelajaran menjadi lebih relevan dan berarti bagi siswa, serta meningkatkan pemahaman mereka terhadap dunia di sekitar mereka.

Pendekatan ini juga memfasilitasi pembelajaran mandiri dan kolaboratif. Melalui diskusi kelompok, eksperimen, atau proyek penelitian, siswa tidak hanya belajar untuk bekerja sendiri, tetapi juga mengembangkan keterampilan komunikasi dan kerjasama.

Mereka belajar untuk berbagi ide, mendengarkan pendapat orang lain, serta mencari solusi bersama-sama, yang merupakan keterampilan penting dalam kehidupan profesional mereka nanti.

Namun, meskipun banyak manfaatnya, implementasi deep learning juga menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah keterbatasan sumber daya yang tersedia di banyak sekolah.

Untuk menerapkan pembelajaran ini secara efektif, diperlukan fasilitas yang mendukung, seperti laboratorium yang memadai, perangkat teknologi modern, dan akses internet yang stabil. Tanpa dukungan ini, pembelajaran yang berbasis eksplorasi dan eksperimen akan sulit dilakukan.

Tantangan lainnya adalah kebutuhan akan pelatihan guru yang lebih intensif. Guru perlu dibekali dengan keterampilan dan pemahaman mendalam tentang bagaimana mengadopsi metode deep learning dalam proses pembelajaran mereka. Tanpa pelatihan yang memadai, guru mungkin kesulitan untuk mengimplementasikan teknik-teknik ini secara efektif di dalam kelas.

Terakhir, meskipun deep learning menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan fleksibel, tantangan besar lainnya adalah kurangnya standarisasi dalam evaluasi hasil belajar. Pendekatan ini berbeda dengan metode konvensional yang mengandalkan ujian tertulis sebagai satu-satunya alat penilaian.

Menyusun sistem evaluasi yang mampu mengukur pencapaian siswa dalam konteks pembelajaran mendalam ini masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu dicari solusinya.

Integrasi Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan kebebasan bagi sekolah untuk menyesuaikan proses belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa, dengan tetap memperhatikan kualitas pendidikan yang diberikan.

Tiga karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka yang sangat mendukung penerapan deep learning adalah: fokus pada materi esensial, pengembangan karakter dan soft skill, serta pembelajaran yang fleksibel. Mari kita lihat bagaimana ketiga karakteristik ini bisa diintegrasikan dengan deep learning.

1. Fokus pada Materi Esensial

Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya materi esensial yang harus dikuasai oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih terarah dan tidak membebani. Dalam konteks deep learning, ini berarti bahwa pembelajaran lebih mendalam pada materi yang benar-benar penting, yang dapat menghubungkan konsep-konsep secara holistik.

Dengan deep learning, siswa tidak hanya menghafal materi, tetapi diajak untuk memahami bagaimana konsep-konsep tersebut saling terkait dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

Misalnya, dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang perubahan ekosistem, guru bisa mengajak siswa untuk membuat simulasi perubahan iklim menggunakan alat sederhana dan data yang ada. Ini memungkinkan siswa tidak hanya memahami teori perubahan iklim, tetapi juga melihat aplikasi nyata dari pengetahuan yang mereka pelajari dan merasakan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengembangan Karakter dan Soft Skills

Salah satu fokus utama Kurikulum Merdeka adalah pengembangan karakter dan soft skills, seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kerjasama, dan komunikasi. deep learning sangat mendukung pengembangan keterampilan ini karena pendekatan pembelajaran ini tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa dan kolaborasi antar teman sekelas.

Dengan pembelajaran berbasis proyek atau eksperimen, siswa belajar untuk berkolaborasi, berbagi ide, dan menemukan solusi secara bersama-sama.

Contohnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat merancang proyek di mana siswa bekerja dalam kelompok untuk membuat video dokumenter tentang sejarah suatu daerah atau budaya lokal. Ini mengajak siswa untuk melakukan riset, berkolaborasi, serta mengembangkan keterampilan komunikasi mereka, sambil tetap memperdalam pemahaman terhadap topik yang dipelajari.

3. Pembelajaran Fleksibel

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada guru untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, serta memanfaatkan berbagai perangkat ajar. Hal ini sangat cocok dengan prinsip deep learning yang mengutamakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan kolaboratif.

Dengan adanya kebebasan untuk memilih metode dan alat ajar, guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang lebih inovatif, menggunakan berbagai sumber daya, mulai dari teknologi hingga sumber daya lokal, untuk memperdalam pemahaman siswa.

Seperti dalam pelajaran Matematika, guru dapat menggunakan berbagai media pembelajaran interaktif, seperti aplikasi matematika berbasis komputer atau perangkat lunak simulasi, untuk menjelaskan konsep-konsep yang lebih kompleks seperti geometri atau statistik. Siswa bisa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah matematika secara praktis, menggunakan teknologi untuk memvisualisasikan konsep dan menerapkannya dalam situasi nyata, seperti perencanaan anggaran atau pengolahan data.

Dengan mengintegrasikan deep learning dalam Kurikulum Merdeka, proses pembelajaran menjadi lebih fleksibel, bermakna, dan menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang tidak hanya dalam hal pengetahuan akademis, tetapi juga dalam keterampilan sosial, emosional, dan profesional yang sangat dibutuhkan di dunia nyata.

Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari dan mempersiapkan mereka untuk tantangan masa depan.

Guru biasa yang ingin belajar dan berbagi.